Jumat, 04 September 2009

Memperkuat Dzikir Dan Iman Dalam Menjalani Hidup

Adapun orang-orang yang bertakwa kepada Allah kalau mereka terkena hasutan dari syetan, mereka pasti ingat akan Allah dan kemudian sadar (Al- A’raf 201)
Pesta demokrasi pemilu (pemilu legislatif), baru saja usai. Pada akhirnya ada yang akan duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat baik di tingkat daerah maupun pusat. Beragam motivasi para caleg untuk dapat duduk di kursi yang dituju. Biasanya hal tersebut banyak diumbar dalam janji-janji kampanyenya. Namun banyak kamungkinan, termasuk motif lain dibalik keinginan caleg untuk duduk di kursi DPR. Idealnya memang seorang caleg itu sudah mempersiapkan diri dengan lapang dada apa konsekuensi terburuk yang akan diderita. Akan tetapi, ternyata meskipun belum tuntas tugas KPU dalam menghitung suara, banyak caleg stress dan sampai ada yang bunuh diri. Ironis memang, ditengah anggapan bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang religius.
Hal ini merupakan kabar buruk bagi kita karena duka orang-orang yang kehilangan harta, serta keluarga yang mengalaminya. Namun, disisi lain hal ini sekaligus kabar gembira karena usaha orang lemah mental yang hendak menjadi representasi rakyat di DPR tidak tidak terlaksana. Seandainya para caleg mau sedikit berfikir mengenai tugas dan fungsinya yang seharusnya, niscaya tidak akan pernah mengalami hal-hal diatas. Wakil rakyat adalah tugas mulia. Tugas tersebut hendaknya didasarkan pada keridhoan Allah SWT. Jika Allah memerintah untuk berjuang dijala-Nya dengan mengorbankan harta bahkan jiwa dan raga, maka bagaimana mungkin seseorang bisa menyesal kehilangan hartanya jika usahanya mewakili rakyat untuk berjuang di jalan Allah. Hanya tersisa beberapa pertanyaan yang umum dibicarakan banyak orang baru-baru ini. ”Berarti apa yang menjadi motif dibalik usahanya itu?”.

Islam sebagai jalan hidup menawarkan sebuah solusi agar manusia terus berada dalam kesadaran. Bukan hanya kepada pemeluknya, karna Islam ’rahmatan lil ’alamin’. Bagi pemeluknya, sehat mental yaitu dengan senantiasa berdzikir (mengingat) akan ketentuan dan sadar bahwa ada yang maha diatas kemampuan dirinya yaitu Allah SWT.

Dengan senantiasa mengingat Allah, manusia akan berada dalam kesadaran dan keseimbangan yang akan menuntun pada mental yang sehat. Kesadaran merupakan pembeda antara orang normal dengan orang yang tidak normal. Ketika kesadaran seseorang hilang, maka tingkah lakunya tidak terarah, terombang ambing dalam ketidak berartian bagaikan perahu tanpa awak di tengah laut yang diombang ambing oleh ombak dan badai, tidak terarah. Ketika kondisi seperti itu, bisikan syetan bisa merasuk dalam alam bawah sadar. Dalam kondisi alam bawah sadar dipenuhi oleh bisikan syetan, maka segala perbuatannya akan mengikuti bisikan tersebut. Jika bisikan itu semakin kuat dan terus menerus maka dikhawatirkan bisa menjadi kebiasaan dan menancap dalam pengalaman alam bawah sadar. Dalam hal ini maka benarlah apa yang dikatakan oleh Sigmund Freud dalam teori psikoanalisa bahwa manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadar.

Dzikir dan Doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Allah SWT berfirman dalam surat Ar Ra’d ayat 28 "ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram".

Itulah sebabnya Allah mengingatkan manusia agar senantiasa sadar dan ingat kepada Allah. Dalam surat al-A’raf ayat 12 Allah mengingatkan “Adapun orang-orang yang bertakwa kepada Allah kalau mereka terkena hasutan dari syetan, mereka pasti ingat akan Allah dan kemudian sadar”. Maka dari itu dzikir bisa menjadi alat preventif (pencegahan), maupun kuratif (pengobatan) bagi manusia dalam membentuk manusia agar senantiasa sehat mental dan sadar akan hakekat diri, alam dan Tuhannya.

Beberapa tokoh ahli kedokteran di Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis. Berkaitan dengan itu, doa dan dzikir merupakan komitmen keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.

Disamping dzikir, keberimanan seseorang dapat mengobati gangguan atau penyakit mental. Berdasarkan penelitian Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard University menjelaskan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih pengaruh baik kepada manusia. Menurut Benson tidak ada keimanan yang banyak memberikan kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. Menurutnya, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah. Menurut penelitian David B. Larson dan timnya dari The American National Health Research, diantaranya perbandingan yang taat beragama dengan yang tidak taat beragama untuk sakit jantung 60% lebih rendah dan bunuh diri 100% lebih rendah dari pada yang tidak taat beragama.

Iman seseorang dapat menjadi kendali seseorang dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Seseorang bertingkah laku sesuai dengan kadar keimanannya. Jika tingkah lakunya buruk maka dapat diprediksikan bahwa keimanannya sedang menurun sedangkan ketika perbuatannya baik maka dapat diprediksikan pula keimanannya sedang meningkat. Rasulullah SAW bersabda ” Seorang pezina tidak akan berzina sedang ia dalam keadaan beriman, seorang peminum tidak akan minum khomr (yang memabukkan) ketika ia beriman dan seorang pencuri tidak akan mencuri sedang ia dalam keadaan beriman.(H.R. Bukhori Muslim). Jadi masihkah kita merasa untuk tidak malu mengaku beriman, sedangkan perbuatan kita jauh dari apa yang seharusnya.

Dalam memantapkan keimanan, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya agar senantiasa memperkuat keimananan dengan Tauhid. Tauhid bukan hanya mengucap lafadzh ”tiada Tuhan selain Allah”, tidak cukup sampai pada pengucapannya saja melainkan harus benar-benar dijiwai bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada yang layak disembah kecuali Allah, tidak ada yang patut ditaati perintahnya secara mutlak kecuali Allah dan hendaknya segala aktifitas apapun dilandaskan atas dari dan kepada Allah semata.

Sebagai penutup, marilah kita senantiasa berdzikir (mengingat) Allah agar hati pikiran selalu sadar dan tenang sehingga dalam melakukan segala aktifitas dapat terarah dan diridhoi oleh Allah SWT. Untuk mempertebal keimanan mari kita luangkan waktu barang sejenak saja untuk berzdikir dengan lafadz ”laa ilaaha illalloh” (tiada tuhan selain Allah) sambil mendalami dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya. Akhirnya marilah kita berdo’a agar kita senantiasa diberi kekuatan untuk berzikir, bersyukur dan beribadanh dengan baik. Amiin. - 22 Mei 2009

Sumber :
Asep Supriyadi, Penulis Adalah Santri Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia Dan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FIAI UII
5 September 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar