Jumat, 04 September 2009

Makna Dzikir dalam Al-Qur'an

1. Al-Qur’an

Dzikir itu artinya al-Qur’an sebagaimana firman Allah,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya(Q.S. al-Hijr: 9)

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44)

Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (Q.S. An-Nahl: 44)

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (28)

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra’du: 28)

Semua kata “dzikr” dalam ayat-ayat di atas maksudnya al-Qur’an. Imam Ibnu Qoyyim berpendapat, “Dzikrullah itu ialah al-Qur’an yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin. Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali dengan al-Qur’an

Demikian firman Allah, juga ayat

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (An-Nahl:43)

Yang dimaksud ahli dzikir disini bukanlah yang suka membaca kalimat dzikir seperti membacalaailaha illallah 1000 kali dsb, tapi ahli dzikir di sini maksudnya ialah yang menguasai al-Qur’an dan Sunnah.

Mengapa al-Qur’an dikatakan dzikr, karena al-Qur’an berfungsi sebagai pengingat penggugah, dan penyadar. Dan arti dzikir itu sendiri ialah ingat, sadar.

Banyak bukti terjadi pada jaman Nabi saw, bagaimana orang yang asalnya tidak percaya kepada Allah, tidak mau melaksanakan perintah-Nya, dengan adanya al-Qur’an mereka menjadi sadar untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah

Pada suatu saat umar marah, ketika mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad saw. meninggal, sambil menghunus pedang ia berseru, siapa yang mengatakan bahwa rasul telah meninggal! Lalu Abu Bakar dating menghampirinya sambil membacakan ayat, “wa maa muhammdun illa rasuul …” yang artinya “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?” (Q.S. Ali Imran: 144), seketika itu pula umar sadar, lalu berkata, seolah-olah aku belum pernah mendengar ayat ini.

Suatu hari, Ali Zainal Abidin, cucunya Ali bin Abi Thalib, menyuruh pembantunya uantuk mebawakan air wudhu, tanpa sengaja pembantunya tersebut menumpahkan air ke kakinya serta melukainya, Ali lalu marah kepadanya, sampai-sampai mau menempeleng dan menyiksanya. Dengan tenang pembantunya, membacakan ayat tentang ciri orang yang bertakwa ialah , wal kaazhimiina ghaizha, saat itu juga Ali sadar dan menjawab, ya saya tahan amarah saya, lalu dibacakan lagi lanjutan ayat tersebut, wal ‘aafiin ‘aninnas, Ali menjawab, ya saya maafkan kamu, kemudian ia melanjutkan lagi, wallaahu yuhibbul muhsinin, lalu Ali berkata, pergilah kamu, sekarang kamu menjadi manusia yang bebas.

Inilah bukti bahwa al-Qur’an merupakan, pengingat, penggugah, dan penyadar bagi manusia.

2. Sholat

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(Q.S. Thaha: 14)

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al0Ankabut: 45)

Ibnu ‘Atiyah berkata, “Sesungguhnya dalam sholat itu ada tiga hal, setiap shalat yang tidak terdapat padanya ketiga hal tersebut maka tidak dinilai shalat yang sempurna, yaitu ikhlas, rasa takut kepada allah, dan mengingat allah”

Orang Thaif adalah kaum yang paling terlambat menerima Islam, dan akhirnya mereka menerima Islam dengan persyaratan bahwa meraka hanya akan melaksanakan kewajiban shalat saja, sementara kewajiban yang lainnya, mereka belum siap melaksanakannya. Akhirnya, Rasul pun mengabulkan persyaratan mereka tersebut.

Setelah mereka menjalankan ibadah shalat, dana mersapi setiap bacaan shalat, akhirnya meraka sadar lalu menghadap Rasulullah, dan berkata, ya Rasulullah, dulu kami menolak untuk melaksanakan, zakat, shaum, dan kewajiban yang lainnya, sekarang kami sadar, dan siap untuk melaksanakan semua kewajiban yang yang diperintahkan kepada kami. Ini menjadi bukti bahwa dengan shalat yang benar, ternyata mereka menjadi sadar.

Apalagi bagi Rasulullah, jika beliau menghadapi suatu urusan yang tegang, berat, Nabi biasanya suka shalat 2 rakaat, untuk menenangkan, menyegarkan, dan berpikir lebih jernih.

Bahkan untuk menghentikan riba pun, ternyata juga dengan shalat. Setelah menerangkan riba, Allah menerangkan tentang shalat. Ternyata dengan shalat, diharapkan mampu menghentikan perbuatan riba. Demikianlah peran dan fungsi shalat, jika dihayati dengan benar, maka akan mampu membuat orang dapat meninggalkan fahsya dan munkar

3. Jum’at

Firman allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9)

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Q.S. Al-Jumu’ah:9)

Jum’at merupakan dzikrullah, yaitu sejak persiapan jum’at, shalat intizharnya, mendengarkan khutbahnya, dan shalatnya.

Nabi menggambarkan ada 3 klasifikasi orang yang melaksanakan jum’at

1. ada orang yang hadir jum’at tapi hampa nilainya

2. Ada orang yang berdo’a dan besar harapan untuk dikabul do’anya, ia menggunakan kesempatan dan waktu tersebut untuk berdo’a kepada Allah. Karena Allah pun menjajikan ada saat ijabah di waktu jum’at.

3. ada orang yang dengan jum’atnya tersebut menjadi pelebur dosa, yang ada diantara jum’at ke jum’at.

4. Dzikrullah

Firman allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. 43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Ahzab 41-43)

Dalam ayat ini, pertama diperintahkan agar orang-orangg beriman berdzikir kepada allah dengan dzikir yang banyak, kira-kira apa yang dimasud dzikir disini, mengingat ada ulama yang membagi dzikir itu kepada dua, dzikir dengan lisan saja dan dzikir dengan kenyataan, yaitu dengan sikap dan perilaku.

Yang dimaksud, dzikir yang banyak bukan dalam artian jumlah, seperti membaca laa ilaaha illalllah, sepuluh kali, seratus kali, seribu kali, atau tiga ribu kali, setiap malam jum’at misalnya.Padahal bilangan itu tidak ada yang banyak, seratu banyak, tapi dibanding seribu sedikit, seribu dibanding sepuluh ribu sedikit, dan seterusnya. Ini menunjukkan banyak menurut jumlah itu relative.

Kita bandingkan dengan dzikirnya orang yang munafik, “orang munafik tidak dzikir kecuali hanya sedikit saja“. Sedikit disini bukan dalam arti jumlah. Kalau orang mu’min membaca tasbih, tahmid, dan takbir 33 kali, tidak berarti orang munafiq itu membacanya dzikirnya masing-masing 10 kali.

Untuk mempraktekkan dzikir yang banyak dengan pengertian jumlah yang tadi, kadang menggunakan tasbih, tidak akan bisa dilaksanakan oleh setiap orang,

Seorang mu’min yang sadar ialah tentu saja setiap gerak langkahnya tentu saja akan ingat terhadap aturan dan ketentuan Allah di manapun merea berada.

Orang yang dzikrullah di pasar, tentu saja ia ingat bahwa tidak boleh menipu, tidak boleh berdusta, tidak boleh memanipulasi, tidak boleh berbuat curang, iangat bahwa itu semua diolarang oleeh agama Berarti ia telah berdzikir kepada Allah walaupun tidak membaca tasbih, tahmid, takbirdan sebagainya.

Yang kedua, Allah memerintahkan bertasbih kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Siang dan malam itu untuk menunjukkan waktu. Mungkin saja ada orang yang pagi sadar sore tidak, siang sadar malam tidak, dst. Oleh karena itu setiap waktu dituntut untuk dzikran katsiira, bukan dalam artian jumlah. Sementara banyak orang yang menafsirkan ayat ini dengan artian jumlah yang banyak

Misalkan wirid setelah shalat, membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, takbir 33 kali, dan tahlilsekali, jumlahnya seratus kali. Ada juga yang mengubahnya dengan laa ilaaha illalah 165 kali dengan suara yang keras dan gerakan tertentu. Dzikir dengan cara seperti ini tidak ada ketentuannya dari Rasulullah

Ada lagi dzikir khusus, katanya dalam hati manusdia itu ada beberapa bagian, manusia , untuk meni bagian ini membaca Allah 1000 kali, bagian lain 2000 kali, dst. Hal ini pun sama tida ada ketentuannya dari Rasulullah

Arti sholat dinisbahkan kepada Allah artinya memebrikan rohmat kepada manusia, shoilat dinisbahkan kepada malaikat artinya memeohonkan ampun, sholat dinisbahkan kepada manusia artinya berdo’a. Allah memberikan rahmat kepada manusia dengan menurunkan wahyunya untuk mengeluarkan manusia dari alam yang gelap ke alam yang terang benderang.

Imam al-Maraghi berkata, “Ingatlah kepada Allah dengan hati kamu, lisan kamu dan seluruh anggotamu dengan dzikir yang banyak dalam setiap keadaan kamu dengan penuh kesungguhan“.

Ada orang yang dzikir hanya dengan lisan saja, tapi tidak sadar, tidak disertai dengan hati. Seperti seorang anak kecil yang bernyanyi, “bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, ..”. ketika disuruh mandi ia malah marah-marah, karena ia tidak sadar dengan apa yang diucapkannya.

Atau mungkin di satu rumah yang memiliki burung beo, ketika ada tamu yang datang, burung tersebut bersuara, ’silahkan masuk’. Walaupun sampai sepuluh kali burung tersebut mempersilahkan masuk tetap saja tamu tersebut tidak akan masuk. Tapi ketika pribuminya mengatakan ’silahkan masuk, walapun Cuma sekali, maka tamu tersebut akan masuk ke rumah. Kenapa demikian, karena burung itu berkicau, kalau manusia berbicara. Kita mungkin sering merasa do’a kita tidak dikabul oleh Allah, bisa jadi karena selama ini kita hanya berkicau seperti burung, bukannya berdo’a.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran 191)

Diantara ciri ulil albab ialah yang berdzikir dan berpikir. Ada orang yang berdzikir tapi tidak berpikir, maka akibatnya ketinggalan dalam bidang ekonomi, politik dsb. Adapula yang berpikir tapi tidak berdzikir, akibatnya orang tersebut sukses namun moralnya bejat, melakukan korupsi, manipulasi, dsb.

Nabi Isa a.s. berkata, “beruntung orang yang ucapannya mengingat Allah, diamnya bertafakur, dan pandangannya menjadi pelajaran

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (152)

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah:152)

Ibnu Sa’id bin Jubair berkata, ayat di atas maksudnya, “Ingatlah kalian dengan melaksanakan perintah-Ku maka Aku akan mengingatmu degan memberikan ampunan-Ku.

Kalau dianalogikan, jiak ada seorang istri berpesan kepada suaminya untuk selalu mengingatnya selama perjalanannya. Tentu saja cara mengingat isterinya itu ialah dengan mengingat pesan-pesannya, apa yang dimintanya, dan apa kebutuhannya, bukan dengan menyebut-nyebut namanya selama perjalanan tapi tidak ingat akan pesan-pesannya. - 22 Februari 2008

Sumber :

K.H. Aceng Zakaria

http://persis.or.id/?p=17

5 September 2009

Dzikir tak Sekedar Mikir

Ada banyak jalan dan upaya meminta naungan hidayah Allah swt; salah satunya dengan berdzikir. Sebagaimana biasanya, kita yang sering membaca tahlil, tasbih dan bacaan lainnya adalah juga masuk dalam kategori berdzikir kepada Allah. Dzikir artinya ingat. Di dalam qur'an perintah untuk berdzikir sangat banyak kurang lebih ada 50 ayat haditsnya juga banyak. Dengan demikian maka dzikir ini teramat penting dalam membangun nilai kemanusiaan seseorang agar kuat mental spiritualnya.
Ada banyak macam dzikir bila dibuka ayat-ayat qur'an dan hadits. Dzikir yang biasa kita baca adalah dzikir dengan lidah. Ada bentuk-bentuk dzikir antara lain: dzikir dengan fikir, perasaan, keyakinan dan perbuatan.
Dzikir dengan melalui lidah sumber keterangan dari hadtis dan qurannya banyak. Antara lain yang selalu kita dengar sebelum kita baca tasbih…
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم (كتب سنن ترمذى 3389)
Ini landasan kita bedzikir dengan lidah.. dan banyak lagi landasan laaa ilaaha illaAllahaa… afdoludzikri laa ilaaha ilAllaaah.
Kemduian dzikir dengan fikir misalnya mengacu pada ayat berikut:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(آل عمران: 191)
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Kita merengungi siksaaan Allah yang keliatan maupun yang tidak nampak; yang besar maupun kecil (makrokosmos atau mikrokosmos) semua menunjukkan ke-Mahabesar-an Allah… bahkan wafii anfusikum.. bahkan di dalam diri kita pun bisa menyaksikan Maha Besar Allah. Jika kita bisa merenungi yang ada, kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Allah itu Maha Kuasa maka rengungan kita itu termasuk dzikir.
Kemudian dzikir dengan perasaan: kita merasa dekat sekali dengan Allah; merasa disayang Allah merasa mendapat karunia dari Alllah itu juga namanya dzikir
Dan dzikir dengan berbagai macamnya, baik dengan lidah, pikir, perasaan keyakinan atau dengan perbuatan membpunyai fungsi dua:
1. Ampunan Allah
2. Rahmat Allah
Dzikir dan Dosa
Dengan dzikir ada ampunan Allah. Dengan lidah, ucapan kita yang berisi dosa semua dihapus dengan dzikir lidah. Intinya menghapus dosa yang diucapkan dengan lisan. Kemudian dzikir fikir kita menghaapus pikiran-pikiran yang negatif sehingga berubaah karena muncul pikiran posisif. Dizkir pesaaan inipun bisa menghilangkan perasaan yang negatif sehingga persaanpun jadi posisitif. Misalnya ketika terkena musibah banjir, maka perasaannya tidak menyalaahkan Allah teapi menyalahkan diri sendiri… ayatnya…
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Maa ashoba min musibatin…
Di situ ada kata Famin nafsik musibah apapun yang menimpa diri kita akan menyalahkan diri sendiri. Kita tidak akan berburuk sangka. Persaaan yang buruk ada pada kita, akan dihapus dengan dizikir kepada Allah.
Fungsi kedua agar melimpahnya Raahmat Allah
Fadzkuruunii adzkurukum, ingatlah kamu semua padaku, maka Aku akan mengingatmu. Kalau Allah ingat padakita maka akan melimpahlah rakhmat Allah. rahmat Allah jika melimpah pada kita, maka akan menjadikan kita terbentengi oelh ggodaan syeten dan kita bisa mengendalikan nafsu sehingga menjadi mutmainnah. Pada dasarnya nfsu itu baik karena ia karunia Allah kepada setiap manusia.
Nah yang mencelakakaan kita adalah hawanya. Kalau kita mendpatkan limpahan rahmat Allah maka hawa nafsunya tidak mencelakakan kita. Sebenarnya terjerumusnya manusia karena hawa nafsu dan syetan. Maka syetan terbendung oleh rakhmat. Makanya kalau bukan karena rakhmat Allah hidup kita akan dikuasai oleh syetan.
Jadi rakhmatlah yang menyebabkan kita tidak terjerumus dalam kesesatan. Sedangkan perbuatan dzikir seperti malam ini merupakan rakhmat sehingg tidak terbawa oleh bujukan syetan. Misalnya bujukan syeten itu, malam minggu dipergunakan untuk mengerjakan perbuatan sia-sia. Namun dengan berkumpul seperti malam ini, kita bisa membaca quran, berdzikir, saling menasehati dll. Sebab itulah hawa nafsu bisa berkembang karena bantuan syten. Maka sangat pantas dan layak bahkan semestinya, agar kita membutuhkan rakhmat Allah, salah satunya melalui dzikir itu.
Dikir bisa meneentramkan kita
Manusia sekarnag yang banyak kegelisahan karena mussibah sebenarnya antisipasinya dengan dziikir.alaa bidzikrillah tatmainull kulub, dzikir akan menentramkan hati. Karenanya ada banyak jenis dan fungsi dzikir itu sendiri:
Dzikir keyakinan
Seperti ketarangan sebelumnya bahwa hati itu bagian luar nya adalah sodrun masuk ke dalam lagi namanya qolbun, masuk lagi ketingkat ketika, disebut fuad dan seterusnya, hingga lapisan terakhir bernama lubbun. Seperti ulul albab. Pada tingkatnya ini, mereka yang sudah masuk ulul albab, dzikirnya adalah dzikir tauhid.
Jadi Tingkatan dzikir itu tingakatan yang paling tinggi di antara dzikir yang ada. Mereka para ulul albab ini tidak mengagumi apapaun selain Allah. Menuju tingkat terkahir ini tingkat terakhir itu berat. Maka kadang godaanya adalah kagum kepada manusia seperti orang mulia, wali. Padahl pada orang yang tingkat yang terakhir ini tidak terkagum-kagum hanya kepada Allahlah kekagumannya.
Sedangkan sifatnya sudah kepada keyakinan. Itu sebabnya kita mungkin masih jauh ke sana. Karena itu mulailah dengan dzikir lisan dan seterusnya. Kepada perasaanpun masih susah karena larinya kepada tawakkal. Hal ini memang tidak mudah mencapai, karena melaui proses. Misalnya mendefinisikan, seperti apakah orang tawakal? Ini pun susah dibayangkan. Sebab jika sudah lari kepada keyakinan dicapai dari pengalaman.
Demikian pun fikir itupun tingkatan tinggi. Sebab tafakaruu fikholkillah… ia akan melahirkan fikir menjadi tafakur. Sebab tafakur saja ibadahnya luar biasa. Tafakkaru saa'atan khooirun min ibadatin alfi sanatin. Berfikir sesaat, laksana ibadah seribu tahun. Wallahu A'lam

Dari ceramah pertemuan warga Buntet di Jakarta, Rumah H. Abdul Wachid, LC, Duren Sawit, Jakarta Timur, bulan lalu. - 18 Juli 2008

Sumber :
Drs. H. Najmuddin, M.Ag.
5 September 2009